Penelitian Tindak Kelas (PTK)

PENELITIAN TINDAK KELAS

 

  1. 1.     ASPEK PELAKSANA PENELITIAN

Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif.

Kegiatan penelitian bersifat kolaboratif antara guru/kepala sekolah, peneliti dan siswa. Kegiatan yang bersifat kolaboratif mengandung pengertian bahwa masing-masing individu yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah untuk peningkatan kualitas pembelajaran/manajemen sekolah. Dalam hal ini, guru/kepala sekolah mempunyai kepentingan untuk meningkatkan kemampuan mengajar, peneliti bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan sedangkan subjek yang diteliti/siswa memiliki kepentingan untuk meningkatkan kinerja/hasil belajar.

Penelitian tindakan kolaboratif sering dilakukan pada mata pelajaran yang diampu oleh beberapa orang guru. Dalam pelaksanaan penelitian, salah satu guru bertindak sebagai perancang dan pelaksana tindakan sedangkan guru lain sebagai pengamat pelaksanaan tindakan. Apabila kegiatan penelitian merupakan bentuk kerjasama dengan pihak lain, guru/kepala sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan yang dirancang oleh peneliti dan perubahan perilaku subjek yang diteliti dapat diamati oleh tenaga peneliti. Hasil penelitian dapat digunakan bersama-sama oleh guru dan peneliti.

Penelitian tindakan partisipatoris dirancang, dilaksanakan dan hasilnya digunakan sendiri oleh peneliti. Kegiatan penelitian sepenuhnya dilakukan oleh guru atau peneliti dan tidak diwakilkan kepada orang lain. Selama proses penelitian berlangsung, guru/kepala sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai pengamat perubahan perilaku. Guru harus langsung mencatat kejadian-kejadian khusus setelah pelaksanaan tindakan supaya guru tidak kehilangan informasi penting untuk dilaporkan. Untuk membantu mengingat kejadian, guru dapat merekam dan mendokumentasikan kejadian-kejadian penting tersebut.

 

  1. 2.     ASPEK MASALAH

Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas

Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktis dan faktual.Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dirasakan atau dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat bukanlah permasalahan yang diberikan orang lain sebagaimana penelitian-penelitian lain pada umumnya.

Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi  dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Suyanto (1997), bahkan mengemukakan bahwa tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah dilakukan selama mengajar di kelas, sehingga tidak mustahil guru melakukan kekeliruan selama bertahun-tahun dalam kegiatan mengajar. Karena itu dimungkinkan keberadaan orang lain yang dapat melihat apa yang dikerjakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain dalam keadaan ini diperlukan orang lain untuk melihat apakah diri guru tersebut melakukan kekeliruan atau kekurangtepatan dalam kegiatan mengajar. Untuk keperluan ini guru dapat meminta bantuan teman guru mata pelajaran sejenis untuk melihat pada waktu dia mengajar dan memberikan balikan terhadap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu juga mungkin diperlukan dosen-dosen LPTK yang berperan guna membantu melakukan refleksi dan memberikan masukan-masukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukannya.

Setiap penelitian memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Bagi PTK karakteristik yang menonjol adalah dalam hal masalah yang akan diteliti. Masalah yang diangkat dan akan dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari permasalahan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapai oleh guru. PTK akan dapat dilaksanakan oleh guru jika sejak awal guru menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Jika guru tidak pernah merasa menemui masalah dalam kegiatan pembelajaran, PTK tidak diperlukan. Namun tidak semua guru dapat melihat kekurangannya sendiri, meskipun sudah melakukan kesalahan-kesalahan berpuluh-puluh tahun di kelas. Persoalan yang muncul dianggap hal biasa sehingga tidak perlu perbaikan diri. Oleh karena itu, perlu bantuan orang lain untuk melihat hal-hal apa saja yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelasnya.

Masalah yang dikaji dalam PTK adalah masalah yang bersifat  praktis. PTK berangkat dari keresahan yang dialami guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Oleh karena itu, dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan tindakan sampai pada proses penyimpulan guru merupakan pemeran utama. Karena alasan yang demikian PTK juga sering dinamakan penelitian, artinya penelitian yang berangkat dari hal-hal nyata yang dirasakan oleh setiap guru.

 

  1. 3.   ASPEK SAMPEL PENELITIAN

Penelitian tindakan mengambil sampel spesifik pada kelas atau sekolah dengan sasaran kelompok siswa, kelompok guru atau manajemen sekolah yang mengalami permasalahan. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak sehingga hasil penelitian tindakan kelas tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah yang lebih luas. Keputusan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk sampel yang diteliti. Temuan penelitian menjadi wacana informasi dan pertukaran pengalaman yang dapat diterapkan pada kelas/sekolah lain yang mengalami permasalahan sejenis.

Sampel Penelitian Tindakan kurang representatif, sehingga temuan Penelitian Tindakan tidak dapat digeneralisasikan.

 

  1. 4.   ASPEK  VALIDITAS

Kesahihan berkait dengan pertanyaan ”apakah data yang dihimpun adalah data yang sesungguhnya atau apakah data yang dihimpun merepresentasikan apa yang diinginkan? Isu utama PTK di sekolah sering dikaitkan dengan ketidakmampuan guru sebagai peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan. Dengan demikian kesalahan dapat berkait dengan saat melakukan refleksi awal juga saat melakukan observasi/monitoring.

Kesahihan juga dapat dilihat dari sisi eksternal dan sisi internal. Dari sisi eksternal kesahihan PTK dapat dilihat dari tingkat kebermaknaan hasil yang diperoleh. Kebermaknaan penelitian dapat dilihat dari kecermatan peneliti dalam melihat topik area (thematic concern) atau fokus atau inti dari permasalahan yang ada serta keterkaitan antara praktik yang dilakukan dan dukungan teoretik yang melandasinya. Selain itu, kebermaknaan penelitian juga dilihat dari terbangunnya teori atas dasar praktik yang benar. Dari sisi internal, kesahihan PTK dapat dilihat dari seberapa jauh dapat   dipertanggungjawabkan secara metodologis. Kesahihan yang berkait aspek metodologi adalah baik yang berkait dengan perencanaan, tindakan dan refleksi dalam setiap siklus, teknik pengumpulan data, kesahihan instrumen, analisis data yang digunakan, paparan hasil dan pembahasan serta penyimpulannya.

 

  1. 5.   ASPEK ANALISIS

Maksudnya bahwa PTK tidak harus mengginakan pengolahan data statistik yang rumit, cukup dengan analisis deskriptif. Instrumen yang digunakan juga tidak harus diuji reabilitas, normalitas, atau validitas. Namun instrumen dapat diuji dengan uji triangulasi atau crosscheck atau perbandingan dengan cara atau instrumen lain.

Dalam penelitian tindakan, sampel tidak pernah dipilih secara acak karena tindakan hanya diterapkan pada kelas khusus yang mengalami masalah. Analisis data penelitian tindakan dimulai dari pengelompokkan data, reduksi atau pengurangan data yang sama atau kurang bermakna. Pemaparan hasil penelitian dilakukan dengan cara menginterpretasikan data yaitu membandingkan data dengan hasil penelitian lain atau teori sebelumnya.

Analisis data dalam penelitian tindakan dapat dilakukan secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif tergantung pada tujuan penelitian. Penelitian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa akan memperoleh data kuantitatif tentang prestasi siswa. Penelitian tindakan yang bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas akan memperoleh data kualitatif tentang peningkatan kualitas proses pembelajaran atau pengurangan hambatan-hambatan yang menyebabkan kualitas proses pembelajaran menjadi rendah.

Penyajian data dapat dilakukan secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Penyajian data menjadi lebih bermakna apabila peneliti memaparkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pelaksanaan tindakan. Laporan hasil analisis data menjadi lebih lengkap apabila dilakukan pengukuran tentang ketercapaian hasil tersebut pada setiap siklus tindakan. Dengan demikian peningkatan atau perbaikan kinerja akan tergambar semakin jelas.

  1. 6.     ASPEK HIPOTESIS

Dalam PTK, alternatif tindakan perbaikan dapat diajukan dalam bentuk hipotesis, yaitu tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi. Hipotesis pada PTK menyatakan bahwa melalui tindakan yang diberikan, masalah pembelajaran akan dapat dipecahkan dan kualitas proses maupun hasil belajar dapat ditingkatkan. Hipotesis PTK sering dibedakan antara hipotesis terbuka dan hipotesis tertutup. Hipotesis terbuka dirumuskan berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan sedangkan hipotesis tertutup dibangun berdasarkan kajian teoritis/konseptual. Dalam penelitian eksperimen, hipotesis ditulis dalam bentuk pernyataan ada atau tidak ada perbedaan antara kelas yang diberi perlakuan (dengan tindakan) dan kelas yang tidak diberi diberi perlakuan.

 

  1. 7.     ASPEK TUJUAN

PTK dilaksanakan bertujuan demi perbaikan dan/ atau peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya ‖melekat‖ pada penunaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, bahwa dilaksanakannya penelitian tindakan kelas tersebut adalah untuk perbaikan pada proses pembelajaran, dan implementasi program sekolah secara umum (McNiff, 1992). Karena tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar-mengajar, maka peranan kegiatan refleksi untuk mendiagnosis keadaan dalam suatu siklus PTK sangat penting. Selanjutnya hasil refleksi tersebut dicobakan melalui beberapa perlakuan tindakan alternatif secara sistematis dalam upaya memecahkan permasalahan di kelas dan/ atau implementasi program sekolah yang tengah dirasakan saat itu. Dapat dikatakan bahwa dilakukannya perencanaan tindakan alternatif oleh guru sebagai pelaku tindakan dalam kegiatan PTK, kemudian dicobakan dan dievaluasi efektivitasnya dalam upaya pemecahannya masalah yang berkaitan dengan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi guru,

Penelitian bertujuan untuk pemberdayaan, perbaikan, peningkatan mutu dan peningkatan kemampuan/ kompetensi. Keberhasilan penelitian tindakan diketahui dari perubahan yang terjadi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan tindakan. Penelitian dinyatakan berhasil apabila tindakan dapat membuat orang yang sebelumnya kurang berdaya menjadi lebih berdaya, terjadi peningkatan nilai atau perbaikan kinerja, dan lain-lain tergantung pada tujuan dilakukannya tindakan. Untuk mengetahui adanya perubahan, peningkatan atau perbaikan selama pelaksanaan tindakan, maka perlu dilakukan pengukuran yang berulang-ulang sesuai dengan objek/masalah yang sedang diatasi dengan tindakan.

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini “melekat” pada diri guru dalam penunaian misi professional kependidikannya (Aqib, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya PTK bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Karena itu menurut Suharjono (2006), tujuan penelitian tindakan kelas adalah meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya akademik. Sedangkan Arikunto (2006) merinci tujuan PTK, yaitu: (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainna mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3) meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

 

  1. 8.     ASPEK HASIL PENELITIAN

Penelitian tindakan melaporkan hasil penelitian mulai dari proses, hasil tindakan sampai pada dampaknya, kesimpulan hasil penelitian tindakan hanya berlaku bagi kelompok sampel yang diteliti.

 

 

1. Siklus-siklus Penelitian

 

Hasil penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.

 

2. Tabel, Diagram, dan Grafik

           

Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan makin ragu.

 

3. Hasil-hasil yang Otentik

 

Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.

 

  1. 9.     ASPEK PROSEDUR

Fleksibel dan adaptif memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian.Memang dalam penelitian terdapat satu ide pokok (dalam satu satuan penelitian). Ide pokok ini tidak berubah, namun berbagai aspek atau langkah mungkin mengalami perubahan sesuai dengan karakteristik subjek di lapangan, situasi, dan pelaksana penelitian. Perubahan dilakukan guna memperoleh prosedur, langkah, atau pola yangpaling sesuai dengan setting meskipun tidak mengubah ide utama (Initial idea).

Ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian critical teori artinya secara praktis teori dapat disesuaikan dengan situasi lapangan.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Menurut Raka Joni dan kawan-kawan (1998), terdapat 5 (lima) tahapan dalam pelaksanaan PTK. Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah :

a. Pengembangan fokus masalah pcnelltian

b. Perencanaan Tindakan Perbaikan

c. Pelaksanaan tindakan perbaikan. Observasi dan Interpretasi

d. Analisis dan refleksi

e.  Perencanaan tindak lanjut

Selanjutnya alur pelaksanaan PTK dapat digambarkan seperti gambar 3 berikut:

 

 

PENELITIAN EKSPERIMEN

 

  1. 1.     ASPEK PELAKSANA PENELITIAN

Peneliti dalam penelitian eksperimen dapat berada di luar kelas. Desain eksperimen dirancang oleh peneliti tetapi pelaksanaan eksperimen dan pengambilan data dapat dilakukan oleh orang lain.

Hakekat penelitian eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa 2004). Manurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179). Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011:72). Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat; (b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan (d) hasil eksperimen lebih aktual.

Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.

 

  1. 2.    ASPEK MASALAH

Dapat berasal dari peneliti sendiri, atau dari luar kelas ,antara lain:

  1. Tidak dapat mengontrol variabel-variabel lain di luar variabel penelitian
  2. Kasus yang diteliti terlalu sedikit
  3. Tidak mampu membagi kelompok menjadi sub-sub kelompok
  4. Variabel yang dipakai sebagai dasar pengelompokan terlalu banyak
  5. Variabel yang dijadikan sebagai daar pengelompokan tidak mempunyai korelasi yang cukup kuat dengan variabel terikat
  6. Memberikan beberapa kali perlakuan

 

  1. 3.    ASPEK SAMPEL PENELITIAN

Penelitian eksperimen mengambil subjek atau sampel penelitian yang dipilih secara acak. Ukuran sampel penelitian eksperimen minimal dua kelas. Kemampuan awal sampel sebelum dilakukan eksperimen dikontrol dengan cara memberikan tugas secara acak atau pretest. Hasil pengukuran kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut kemudian dibandingkan. Apabila masih terdapat kesenjangan hasil, maka dilakukan penyetaraan kemampuan awal yang akan diteliti sebelum dilakukan eksperimen. Penyetaraan kemampuan awal ini sangat penting supaya hasil eksperimen tersebut benar-benar terkontrol dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen

 

 

 

 

  1. 4.    ASPEK VALIDITAS

Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan eksternal.
1.Validitas Internal

Validitas ini mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas adalah suatu hasil langsung dari variabel beas yang dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan Stanley (dalam Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi delapan ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:

•Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.

•Maturasi, dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek yang diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.

•Testing, dimana sering terjadi ketidak efektifan suatu penelitian yang menggunakan metode test karena suatu kegiatan test yang dilakukan dengan menggunakan pra test dan post test, apalagi dengan rentang waktu yang cukup panjang, dan terkadang nilai pra test dan post test yang sama.

•Instrumentasi, instrumentasi sering muncul karena kurang konsistensinya instrumen pengukuran yang mungkin menghasilkan penilaian performansi yang tidak valid. Dimana jika dua test berbeda digunakan untuk pratest dan postest, dan test-test tersebut tidak sama tingkat kesulitannya, maka instrumentasi dapat muncul.
•Regresi Statistik, dimana regresi statistik ini sering muncul bila subyek dipilih berdasarkan skor ekstrem dan mengacu pada kecenderungan subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada pratest ke skor yang lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.

•Seleksi subyek yang berbeda, dimana biasanya muncul bila kelompok yang ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa kelompok tersebut mungkin berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.

•Mortalitas, dimana sering terjadi bahwa subyek yang terkadang drop out dari lingkup penelitian dan memiliki karakteristik kuat yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

•Interaksi seleksi Maturasi, dimana satu kelompok akan termaturasi dengan hasil kelompok lain tanpa melalui perlakuan.

 

2.Validitas Eksternal

Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
•Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada setiap perlakuan karena mengikuti prates.
•Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.

•Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.

Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.

•Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari satu perlakuan dalam pergantian.

•Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti mempengaruhi hasil penelitian.

5.ASPEK ANALISIS

Analisis data penelitian eksperimen menggunakan uji beda hasil eksperimen antara dua atau tiga kelompok sampel. Salah satu kelompok sampel merupakan kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberi perlakuan. Analisis data penelitian tindakan dilakukan dengan deskriptif kualitatif dan kuantitatif (bila ada). Apabila diperoleh data kuantitatif, hasil penelitian tindakan dipaparkan secara deskriptif karena tidak memenuhi persyaratan untuk dianalisis secara statistik terutama dari sisi pengambilan sampelnya.

Perlu diingatkan kembali bahwa analisis data statistik inferensial menuntut sampel yang dipilih secara acak karena hasil penelitiannya akan digeneralisasikan ke seluruh populasi. Kesimpulan hasil penelitian diinterpretasikan dari hasil analisis data

  1. 6.     ASPEK HIPOTESIS

Penelitian eksperimen dilakukan untuk menguji hipotesis: ‘ada atau tidak ada hubungan/pengaruh antara ubahan (variabel) bebas yaitu perlakuan yang diuji coba dengan ubahan terikat yaitu perilaku yang diharapkan. Contoh: penelitian yang berjudul ‘pengaruh media interaktif terhadap kemandirian belajar siswa’. Penelitian tersebut menguji hipotesis alternatif yang menyatakan ‘Ada pengaruh media interaktif terhadap kemandirian belajar siswa’. Hipotesis ini harus diuji dengan metode analisis data statistik inferensial.

  1. 7.     ASPEK TUJUAN

Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Penelitian eksperimental dapat mengubah teori-teori yang telah usang. Percobaan dilakukan untuk menguji hipotesa serta untuk menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru.

Penelitian eksperimen bertujuan untuk menemukan pengaruh perlakuan/treatment (tindakan yang dieksperimenkan) terhadap peningkatan hasil belajar. Verifikasi hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas non eksperimen (kontrol). Kesuksesan penelitian diukur dengan indikator nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas non eksperimen (kontrol).

  1. 8.     ASPEK HASIL PENELITIAN

Laporan hasil penelitian eksperimen memaparkan hasil dan dampak sesudah perlakuan (eksperimen). Kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk seluruh wilayah populasi. Pada penelitian eksperimen, ada kemungkinan perlakuan sama dapat memperoleh hasil yang sama pula asalkan semua variabel atau lingkungan eksperimen yang berpengaruh terhadap hasil penelitian dikendalikan.

  1. 9.     ASPEK PROSEDUR

Prosedur penelitian eksperimental pada dasarnya sama dengan penelitian lain, yakni; memilih dan merumuskan masalah, memilih subyek dan instrumen pengukuran, memilih desain penelitian, melaksanakan prosedur, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan.

 

 

 

 

 

Leave a comment